Rabu, 21 September 2011

Siap-Siap Pekan Imunisasi Campak dan Polio

Pemerintah DKI Jakarta, akan menggelar Pekan Imunisasi Campak dan Polio selama satu bulan, dan untuk wilayah Kelurahan Ciracas kegiatan dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober hingga 18 November 2011. Sasarannya adalah bayi dan balita yang ada di wilayah Kelurahan Ciracas. Salah satu tempat yang disiapkan di tingkat RT/RW adalah POSYANDU ANGGREK yang telah tersedia kader yang bertugas meneteskan vaksin tetes untuk polio, dan petugas kesehatan untuk memberi vaksin campak secara suntik.

Diharapkan orang tua yang mempunyai bayi atau balita dapat hadir atau datang ke POSYANDU ANGGREK, sehingga tidak perlu ada penyisiran untuk mencari bayi dan balita yang belum diimunisasi. Peran serta masyarakat sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan bayi dan balita.

Dihimbau kepada masyarakat, khususnya di wilayah RW.09 Kelurahan Ciracas untuk membawa bayi dan balitanya untuk imunisasi campak dan polio. Imunisasi ini diberikan secara gratis. Orangtua tidak perlu khawatir terhadap imunisasi yang diberikan, karena sudah melalui penelitaan dan terjamin keamanannya. Terkadang ada Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI). Tetapi semua kader dan petugas sudah dilatih dan kasus KIPI ini biasanya sangat kecil.

Pelaksanaan pekan imunisasi campak dan polio ini juga sebagai upaya pemerintah melakukan pemusnahan massal terhadap virus polio dan campak. Saat ini Pemerintah sedang menyiapkan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan pekan imunisasi tersebut. Beberapa yang perlu disiapkan yakni vaksin, jarum suntik, boks penyimpan jarum suntik bekas pakai, dan lain-lain, karena pekan imunisasi merupakan program pemerintah pusat.

sumber: Kantor Lurah Ciracas, Jakarta Timur

Selasa, 20 September 2011

Waspadai Cacing Kremi di Balita Anda

Dua hari lalu Haikal, warga Desa Serian Bandung, Kecamatan Semidang Alas Maras, Bengkulu Selatan, mengeluh sakit perut. Orang tuanya, Sudirman, 28 tahun, dan Helmi, 28 tahun, berusaha mengobati rasa sakit itu dengan obat-obatan tradisional. Upaya mereka tak membuahkan hasil.

Bocah berusia 5 tahun itu tetap kesakitan. Pasangan suami-istri itu lantas membawa anaknya berobat ke mantri desa. Lagi-lagi usaha tersebut gagal. Sakit yang diderita Haikal tak kunjung lenyap. “Karena tak ada perubahan, kami bawa ke rumah sakit,” ujar Sudirman, Senin, 19 September 2011. Haikal lantas dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Manna, Bengkulu.

Awalnya dokter mendiagnosis terdapat sebuah benda aneh di dalam perut Haikal. Dokter pun memutuskan melakukan pembedahan. Namun saat perut Haikal dibedah, yang ditemukan bukan benda aneh, melainkan sekawanan cacing kremi yang jumlahnya diperkirakan ratusan ekor. Berat seluruh cacing kremi itu diperkirakan mencapai 1,5 kilogram.

Orang tua Haikal tidak pernah menyangka jika anaknya menderita cacingan. Sebab selama ini Haikal tidak pernah menunjukkan gejala-gejala mengidap penyakit tersebut. "Ia jarang sakit. Perut juga tidak buncit seperti penderita cacingan lainnya," ujar Sudirman. Mereka mengaku selalu memberikan makanan bersih dan air minum yang dimasak untuk Haikal. Meski mereka bekerja sebagai petani dan sering pergi ke kebun, sang anak tak diajak ke ladang. Haikal ditinggal dengan sang nenek dan tidak diperbolehkan main kotor-kotoran. Saat ini kondisi Haikal telah mulai membaik. Setelah menjalani operasi, dia tidak lagi mengeluhkan sakit.

Direktur Rumah Sakit Manna dr. Rika Purnamasari mengatakan kondisi Haikal saat ini telah berangsur membaik. "Kami akan terus memantau perkembangannya," ujar Rika. Ia mengatakan Haikal beruntung karena segera dibawa ke rumah sakit. Sebab, jika terlambat cacing-cacing yang hidup dalam tubuhnya tersebut dapat terus berkembang biak dan mengganggu fungsi organ tubuh Haikal. Rika menjelaskan tidak semua penderita cacingan menunjukkan gejala kurus, perut membuncit, seperti gejala umumnya. Dia menyarankan sebaiknya orang tua tetap harus mewaspadai penyakit ini dengan cara menjaga kebersihan dan memberikan obat cacing setiap enam bulan sekali kepada anak-anaknya. (PHESI ESTER JULIKAWATI, TEMPO Interaktif, Bengkulu Selasa, 20 September 2011 | 14:17 WIB)

Ada dua cara tradisional yang dapat di lakukan untuk menghilangkan sakit karena cacing kremi ini, yaitu:
1.       Minyak goreng (kelapa) di panaskan hangat-hangat kuku, lalu ambil kapas, setelah kapas basah, maka kapas di tempatkan pada liang dubur, biarkan sekitar sepuluh menit, cacing kremi akan mati dengan sendirinya.
2.       Ambil bawang merah yang besar-besar dua biji. Di giling, sesudah itu bawang bawang yang sudah di haluskan tadi di tempelkan pada tempat yang  gatal, cacing kremi akan mati dengan sendirinya.

Senin, 19 September 2011

Kejadian Ikutan Paska Imunisasi ~ KIPI

Perlindungan terhadap anak dan bayi sudah harus dimulai sejak dini, salah satunya melalui imunisasi BCG, Hepatitis-B, Polio, DPT, dan Campak yang wajib diberikan kepada anak dan bayi.

Dalam pelaksanaannya, pemberian imunisasi terkadang memberikan efek samping, efek samping yang timbul setelah pemberian imunisasi disebut  Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

Beberapa KIPI dari hasil imunisasi antara lain;

 
BCG (Bacille Calmate Guerin) untuk mencegah Tuberculosis
  1. 3 Minggu setelah penyuntikan, akan timbul luka pada tempat penyuntikan. Luka tersebut akan sembuh dalam 2-3 bulan dengan meninggalkan jaringan parut berdiameter 4-8 mm. Terbentuknya luka ini akan menandakan sudah pernah divaksinasi BCG dan vaksin berhasil. Vaksin BCG tidak menjamin 100% terlindung dari TBC, namun dapat terhindar dari TBC yang berat seperti TBC millier.
  2. Pemberasan Kelenjar limfa di daerah leher atau ketiak. Tidak perlu pengobatan dan sangat jarang terjadi.
 HEPATITIS-B
Pada umumnya terjadi reaksi local yang ringan dan sementara, seperti nyeri pada tempat suntikan. Kadang-kadang dapat terjadi demam selama 1-2 hari setelah penyuntikan.

DPT (Difteri Pertusis Tetanus)
  1. Reaksi lokal pada tempat penyuntikan seperti kemerahan, nyeri dan bengkak;
  2. Demam ringan;
  3. Anak menjadi gelisah dan terus menangis sesudah disuntik;
  4. Kejang demam, sangat jarang, namun dapat terjadi sehubungan dengan demam yang muncul;
  5. Kejadian paling serius yang dapat terjadi adalah reaksi anafilaksis atau ensefalopati.
 POLIO
Pada umumnya pemberian vaksin polio tidak memberikan dampak, namun pada sebagian kecil anak yang menerima vaksin polio dapat mengalami pusing, diare ringan dan nyeri otot.

CAMPAK
  1. Demam terjadi 5-6 hari sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari, demam dapat mencapai 39,6oC;
  2. Ruam/bercak merah pada tubuh, hal ini dapat timbul pada hari ke 7-10 setelah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari.
  3. Reaksi terberat yang dapat terjadi adalah gangguan pada fungsi saraf pusat. Hal ini timbul 30 hari setelah imunisasi. Reaksi seperti ini dapat terjadi, namun sangat jarang.
 Bila anak mengalami demam sesudah imunisasi dan tidak turun dengan pemberian obat, segera periksa ke dokter. Selain itu, pada saat imunisasi ke dua ataupun selanjutnya, jangan lupa untuk memberitahukan dokter mengenai apa saja yang dialami anak setelah imunisasi yang pertama dulu

Sumber:
Irene Trisbiantara dr.,  Apa Saja Efek Samping Setelah Imunisasi. http://www.tanyadokteranda.com/, 14 Juli 2011