Kamis, 17 Februari 2011

Ada Apa dengan SUSU FORMULA

ASI jelas sebagai asupan terbaik bagi si anak-anak. Namun, adakalanya kondisi ibu tidak memungkinkan memberikan ASI kepada sang buah hati. Pada kondisi seperti itulah, dengan amat terpaksa orang-tua harus rela memberikan susu formula kepada bayinya.


Kekhawatiran dengan pemberian susu formula, dikarenakan susu formula dapat menjadi media tumbuh berbagai bakteri yang dapat mengganggu kesehatan bagi yang meminumnya. Kendati demikian susu formula yang sekarang beredar sudah dinyatakan aman oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Kementerian Kesehatan, namun masih banyak orangtua yang khawatir untuk memberikan susu formula pada anak-anaknya.

Kekhawatiran untuk memberikan susu formula, disebabkan sejak diperah dari ambing (puting) binatang, susu bisa terkontaminasi oleh berbagai jenis bakteri antara lain sebagai berikut:


1. Staphylococcus aureus

Bakteri ini merupakan pemicu utama gastroenteritis atau radang lambung dan ditularkan oleh binatang melalui susu segar. Binatang yang mengalami mastitis atau radang ambing akan menghasilkan susu yang terkontaminasi jika saat diperah ambingnya tidak dicuci terlebih dahulu.


2. Streptococcus cremoris

Secara alami, bakteri ini bisa ditemukan dalam jumlah sedikit dalam susu segar karena berfungsi menghambat bakteri patogen (merugikan) dengan cara menghasilkan asam laktat. Namun dalam jumlah banyak, pada manusia bakteri ini bisa memicu radang tenggorokan, radang amandel (tonsilitis) serta radang paru-paru (pneumonia).


3. Mycobacterium spp

Salah satu bakteri yang termasuk dalam kelompok Mycobacterium adalah bakteri penyebab tuberculosis (TBC) yakni M.tuberculosis. Namun TBC yang ditularkan oleh susu tidak disebabkan oleh M.tuberculosis melainkan oleh M.avium yang masih satu kerabat.


Kontaminasi Mycobacterium cukup sering terjadi, sebab 68 persen susu segar di Amerika Serikat yang belum melalui proses pengolahan juga tercemar olehnya. Bahkan di Inggris dan wales, 7 persen susu segar yang sudah diolah (pasteurisasi) masih mengandung bakteri ini.


4. Pseudomonas sp

Bakteri ini biasanya hanya ditemukan dalam susu segar yang belum diolah, namun susu pasteurisasi juga bisa tercemar akibat rekontaminasi dengan susu mentah. Meski tidak terlalu membahayakan, bakteri ini dapat menurunkan kualitas susu karena bersifat menguraikan protein.


Fungsi alami dari bakteri yang juga ditemukan dalam daging dan bahan makanan lain ini adalah mempercepat pembusukan. Susu atau bahan makanan yagn terkontaminasi baktyeri ini biasanya tampak memiliki lapisan berlendir.


5. Serratia marcescens

Meski lebih jarang dibanding Staphylococcus aureus, bakteri Serratia marcescens juga bisa menyebabkan mastitis atau radang pada ambing binatang. Susu yang tercemar bakteri ini biasanya berwarna merah dan bisa memicu infeksi pada saluran pencernaan, kencing dan pernapasan.


6. Enterobacter sakazakii

Enterobacter sakazakii merupakan bakteri gram negatif anaerob fakultatif, berbentuk koliform (kokoid), dan tidak membentuk spora. Bakteri ini termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Sampai tahun 1980 E. sakazakii dikenal dengan nama Enterobacter cloacae berpigmen kuning.


Laporan mengenai infeksi E. sakazakii menunjukkan bahwa bakteri ini dapat menyebabkan radang selaput otak dan radang usus pada bayi. Kelompok bayi yang memiliki resiko tertinggi terinfeksi E. sakazakii yaitu neonatus (baru lahir hingga umur 28 hari), bayi dengan gangguan sistem tubuh, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), bayi prematur, dan bayi yang lahir dari ibu yang mengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV).


Enterobacter sp. merupakan patogen nosokomial yang menjadi penyebab berbagai macam infeksi termasuk bakteremia, infeksi saluran pernapasan bagian bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran kemih, infeksi dalam perut, radang jantung, radang sendi, osteomyelitis, dan infeksi mata.


Angka kematian akibat infeksi E. sakazakii mencapai 40-80%. Sebanyak 50% pasien yang dilaporkan menderita infeksi E. sakazakii meninggal dalam waktu satu minggu setelah diagnosa. Hingga kini belum ada penentuan dosis infeksi E. sakazakii, namun sebesar 3 cfu/100 gram dapat digunakan sebagai perkiraan awal dosis infeksi.


Untuk dapat menangkal kekhawatiran dalam pemberian susu formula, maka langkah-langkah berikut patut untuk diperhatikan, yaitu :

  1. Lihat tanggal kedaluarsa pada kemasan susu.
  2. Pastikan kemasan susu dalam kondisi baik, tidak penyok.
  3. Jangan berikan susu formula untuk bayi berusia kurang dari 6 bulan, kecuali dalam kondisi terpaksa.
  4. Perhatikan kebersihan diri orang yang menyiapkan susu formula, misalnya mencuci tangan.
  5. Pastikan selalu mencuci dan mensterilkan botol susu.
  6. Cairkan susu formula dengan air panas yang sudah mendidih.
  7. Berikan susu pada bayi saat masih dalam kondisi hangat. Jika sudah dingin dan lebih dari 2 jam, ganti dengan susu yang baru.
  8. Jika kaleng susu sudah dibuka lebih dari 8 hari, sebaiknya ganti dengan susu yang baru.


Melalui perlakuan yang baik dalam penyajian susu formula, memungkinkan anak-anak kita terhindar dari segala macam bakteri yang dapat mengganggu kesehatan anak dan balita.


Sumber : dari berbagai sumber diolah.